Seorang teman bertanya padaku
Kala angin malam menyelinap lewat pintu kamar yang setengah terbuka
Dan bunyi baling-baling kipas angin menjadi musik monoton di telinga
"Kenapa?"
Aku membaca dan kemudian tertawa
Datar. Hambar.
Cepat jari ini berbicara melalui susunan huruf yang berderet di keyboard virtual
"Bukankah--sudah terlambat untuk bertanya 'kenapa'?"
Angin malam kembali berhembus
Bunyi baling-baling kipas angin masih terdengar sama
Pertanyaan dalam relung pun tak berubah
"Kenapa?"
Jawaban diplomatis terucap otomatis
"Bukankah--sudah terlambat untuk bertanya 'kenapa'?"
Jakarta
13.12.29
No comments:
Post a Comment