11.19.2016


After discussing about boy-girls-romantic relationship with one of my friend, I came to this conclusion... well, it might be different with what everyone else thinking about, but... this is what I've got.
The biggest temptation in a romantic relationship is not distance, it's lust.

11.14.2016

Movie: Before I Wake

Ya... posternya menurut gue sudah cukup horror...
Jadi hari Jumat yang lalu, gue iseng menonton sebuah trailer film berjudul "Before I Wake". Karena tokoh utama dalam film ini adalah seorang anak yang punya gangguan tidur dan gue kadang juga susah tidur, jadilah gue penasaran. Ngomong-ngomong, gue bukan orang yang berani nonton film horror atau thriller, tapi film ini mengusung genre horror, fantasi, dan supernatural.  So... I faced my fear when I decided to watch this movie. Karena gue penakut, gue akhirnya menonton film ini saat istirahat siang bersama dengan teman-teman di kantor.

Cerita "Before I Wake" dimulai dengan Cody, anak laki-laki berusia 8 tahun yang sudah tidak memiliki sanak keluarga satupun. Ibunya meninggal saat ia masih kecil dan akhirnya, ia diasuh oleh keluarga Hobson. Keluarga Hobson, yakni Tuan Mark dan Ibu Jessie, baru saja kehilangan anak laki-laki mereka, Shawn, karena sebuah kecelakaan. Cody ini anaknya manis, mandiri, dan dia punya sebuah keistimewaan. Keistimewaan Cody adalah saat ia jatuh tertidur dan bermimpi, mimpi Cody akan menjadi kenyataan. Awalnya, mimpi Cody di rumah keluarga Hobson adalah mimpi-mimpi yang indah sehingga membuat takjub Mark dan Jessie. Bahkan melalui mimpi Cody, mereka bisa kembali bertemu Shawn yang sudah tiada. Namun, tidak selamanya Cody bermimpi indah. Mimpi Cody berubah menjadi mimpi buruk yang kemudian mengancam orang-orang di sekitarnya. The Canker Man, adalah momok menakutkan yang berasal dari mimpi buruk Cody dan bisa melahap orang-orang di sekitarnya. Hingga akhirnya pada suatu malam, The Canker Man melahap Mark. Mulai saat itu, Jessie mulai mencari latar belakang Cody dan keistimewaannya.

Yang akan gue tulis berikutnya adalah opini gue setelah menonton film ini. Jadi, ini penilaian yang sangat subjektif dari orang yang tidak terbiasa menonton horror.

Film ini tidak terlalu menakutkan untuk dikategorikan sebagai film horror. Setannya, yaitu The Canker Man, menurut gue tidak terlalu menyeramkan (tapi horror juga bro kalo didatengin doi sambil dibisikkin "I will always be with you."). Ketika menonton film ini, teman gue yang bisa nonton horror justru ketiduran, mungkin dia bosan. Awalnya kita juga bakal bosen sama ceritanya karena ya... mengalir aja, pun setannya gak muncul-muncul. Film ini nggak membuat kaget seperti film horror pada umumnya. Sosok menyeramkan yang muncul juga munculnya semacam monster di film kartun anak-anak... Cuma ya aura-aura rumah dan suasananya aja yang seram (?). Tapi... gue sendiri tidak menyesal menonton film ini hingga mencapai konklusinya di akhir. Thanks to cutie Cody yang menggemaskan juga...
That eyes <3
Konklusi yang gue dapat adalah bahwa monster yang selama ini kita pikir ada dari luar diri kita, sebenarnya diciptakan oleh pikiran kita sendiri. Monster ini mengganggu dan menakuti kita karena mungkin sebuah ingatan yang terus melekat dalam kita. Monster ini bisa jadi berupa asumsi-asumsi kita yang tidak berdasar, yang tidak  kita ketahui dengan yakin kebenarannya. Seperti Cody, karena tidak ada yang memberitahunya kebenaran, dan ia yang masih kecil mungkin juga tidak berusaha mencari tahu, ia terus aja berpikir bahwa The Canker Man adalah setan yang gak akan ngelepasin dia, padahal sesungguhnya The Canker Man adalah... yah, silakan tonton filmnya hingga selesai hehe...

Ketika kita sudah mengetahui kebenaran akan sebuah hal, kita akhirnya dapat mengendalikan pikiran-pikiran kita dari yang negatif jadi lebih positif. Dan ingat! Jangan kemakan asumsi!

Kalau boleh memberi nilai, film ini gue beri: 6/10 karena buat gue, pesan moralnya bagus banget dan trailernya juga bikin penasaran, walau mungkin untuk penggemar film horror, film ini mungkin bakal sedikit mengecewakan.

11.08.2016

Love Without Benefit(s)


Few days ago, my friend told me she found a quote and for me, it's an interesting one. This quote goes on like this: "If a man doesn't want a relationship, don't give him relationship benefits."

Sounds right.

Wait--but, what kind of benefits a relationship can provide you with? Assurance? Security? Affection? The feeling of  being wanted? I think everyone has different perception on this thing called relationship benefits.

Jujur saja, ketika teman gue mengatakan kutipan tersebut, gue seketika langsung mengingat produk asuransi, produk perbankan, dan segala hal yang berbicara tentang "jika Anda menjadi nasabah kami, Anda akan menikmati manfaat ini itu itu ini..." dan kemudian kita akan memilih bank atau asuransi mana yang memiliki manfaat yang kita pikir paling baik dan sesuai dengan yang kita butuhkan.

Apakah sebuah hubungan bekerja dengan cara demikian? Gue yakin setiap orang punya pendapat yang berbeda lagi tentang hal ini.

Well, I don't want to talk about this so-called relationship benefits and its correlation with boys-girls relationship or I will at the end of this post.

Satu hal lain yang gue pikirkan adalah apakah ketika mencintai kita, Tuhan mempertanyakan "Apa manfaat yang bisa Saya dapatkan dari menjalin hubungan dengan kamu?"

Seringkali aja gue bukannya "memberikan manfaat" buat Dia, tapi justru mengecewakanNya dengan berbagai hal.

But still, His love remains. And it never fails. Sometimes I think that probably He is ready with all the consequences when He decided to show His love to this world by coming as a human. He probably always ready to love without expecting benefits. The question is... do we as ready as He is to love without expecting benefits?

Before I posted this online, I asked some of my friends regarding their opinion about this. Some of them thought benefits are important to a relationship and one of them said to me "Honestly, we must have this unconditional love. To love without seeking benefits. But, still, people live and seek for it because we still want to fulfill what we need and what we want."

I pondered and talked to myself, "Probably, benefits are what we provided automatically when we love others."

Well this is just me blabbering over a quote and pouring what I've been pondering about.