3.25.2015
an introvert's letter
in silence i found my company
sometimes i found my serendipity
sometimes too i found my glee
if i'm lucky i found my remedy
sometimes i found my serendipity
sometimes too i found my glee
if i'm lucky i found my remedy
3.21.2015
autumn.
bergantung ia pada ranting
kuning, memerah, kemudian cokelat
dan ketika matamu berkedip
angin melenyapkan kekuatannya yang terakhir
menyapunya jauh
saksinya adalah langit biru tak bernoda
ditemani mentari hangat di pucuk sore
tak ada yang tahu
ke mana angin menghembusnya pergi
ia gugur dan mati
agar yang kemudian dapat hidup
dalam peluk musim semi
3.19.2015
3.15.2015
Saya merasa marah padahal saya tidak berhak. Demikian yang saya rasakan saat melihat mereka satu persatu pergi, dari tempat yang sama, menuju ke tempat lainnya. Perpindahan itu masif, saya rasa. Perpindahan yang memisahkan, membedakan pola pikir satu sama lain, menimbulkan pertanyaan, kemudian berbuah pada pemahaman yang saya takut akan menyesatkan.
Kalian yang pernah membela mati-matian, kalian yang bahkan turut tertawa dalam ironi dan ikut bertanya saat orang lain melakukan perpindahan seperti yang kalian lakukan saat ini, ternyata sama saja, bukan?
Di ujung hari, aku malah ingin bertanya, sekarang siapa yang harus aku tertawakan? Orang tersebut? Atau kalian?
Kalian yang pernah membela mati-matian, kalian yang bahkan turut tertawa dalam ironi dan ikut bertanya saat orang lain melakukan perpindahan seperti yang kalian lakukan saat ini, ternyata sama saja, bukan?
Di ujung hari, aku malah ingin bertanya, sekarang siapa yang harus aku tertawakan? Orang tersebut? Atau kalian?
3.12.2015
Baru Kusadari...
tidak, cerita malam ini bukan soal lagu Dewa 19 yang umurnya sudah belasan tahun itu.
Beberapa minggu yang lalu, saya asyik berkelana di sebuah media sosial X. Memperhatikan foto yang ada dilaman profil orang-orang dan tersenyum. Hari ini saya membaca blog seorang teman, kembali ada foto-foto yang membuat saya tersenyum.
Foto-foto itu simpel.
Hanya mereka yang tiba di puncak gunung dan kemudian mengkristalkan waktu dalam sebuah bingkai.
Hanya mereka yang ada di pinggir pantai kemudian membekukan biru bersama dengan kawan seperjuangan
Hanya mereka yang menemukan sesuatu yang baru setelah lepas sesaat dari kejenuhan rutinitas
dan yang saya sadari
saya belum ke mana-mana
kaki ini belum dipaksa untuk melangkah lebih jauh, walau hati ingin
saya masih di sini
sibuk mengagumi dan kadang terselip iri
kapan bisa?
semoga secepatnya.
3.10.2015
Subscribe to:
Posts (Atom)