6.06.2016

Berakar.

Gue sedang dalam masa-masa menyelesaikan tugas akhir. Gue merasa bodoh setelah menulis skripsi ini. Gue mendadak nggak bisa mengamalkan ilmu yang sudah gue dapat empat tahun belakangan. Gue merasa makin banyak gue baca, semakin gue nggak mengerti apa yang mau gue tulis. Gue stress. Nggak bisa makan. Tidur nggak tenang. Khawatir, takut, mikir negatif... di saat begini gue merasa... di mana sukacita yang Ia janjikan?

Di saat teman-teman yang lain sudah mendapat tandatangan dosen pembimbing di atas draf final skripsinya, gue masih berusaha menyelesaikan apa yang sudah gue pilih. Belum gila, tapi gue merasakan sesuatu yang salah dalam hidup dan hati gue akhir-akhir ini. Entah bagaimana gue kehilangan sukacita. Gue kehilangan semangat. Kehilangan rasa optimis. Gue dengan mudahnya nyemangatin orang, memberi kata-kata yang kedengeran bijak, tapi ketika gue bercermin... suara dalam hati semacam berkata "Semangatin orang terus, semangatin diri sendiri kok nggak bisa?"

Gue pernah baca satu ayat Alkitab yang terbuka secara nggak sengaja saat gue lagi saat teduh.
Kamu telah menerima Yesus Kristus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. (Kolose 2:6-7)
Waktu gue baca ini saat itu, gue nggak ngerti. Gue tahu kita harus melekat sama Dia. Tapi berakar? Kenapa harus berakar?

Kemudian tibalah masa-masa kegelapan tak tentu arah gue yang sebenarnya masih berlangsung sampai pada saat gue menulis postingan ini.

Gue terpikirkan ayat ini dan kemudian gue terpikirkan satu ungkapan lain, "Semakin tinggi pohon, semakin kencang angin bertiup menerpanya." dan gue terpikirkan akan kata "berakar". Gue terkesiap. Gue berpikir bahwa inilah yang dimaksud dengan berakar. Kita butuh berakar di dalam DIA karena kita butuh dasar yang kuat untuk tumbuh dan teguh berdiri. Seperti sebuah pohon, ketika pohon tersebut menanamkan akarnya pada tanah yang kuat, banyak zat hara, pohon tersebut juga dapat tumbuh kuat. Akarnya tertanam kuat dalam tanah tersebut. Semakin besar pohon tersebut tumbuh, semakin kencang angin yang menimpanya. Semakin besar risiko dia untuk tumbang, kalau akarnya tidak kuat menancap dalam tanah tersebut. Tapi, kalau pohon tersebut berakar dengan kuat ke tanah, sekuat apapun angin menerpa, pohon itu nggak perlu kuatir akan tumbang karena akarnya menancap pada tanah yang kuat dan mampu men-support tubuhnya.

Semakin kita mendekat sama Tuhan, itu gak serta merta membuat kita lepas begitu aja dari cobaan dan penderitaan. Tapi justru kita semakin 'baper' oleh karena pencobaan dan penderitaan yang ada. Banyak hal yang akan menggoda kita untuk jauh dari DIA, dan tumbang, kalau kita tidak kuat berakar di dalamNya. Saat itulah gue menyadari bahwa inilah pentingnya kita berakar di dalam DIA. Untuk tetap teguh berdiri dalam kepercayaan dan iman kita, sehingga saat cobaan menyerang, kita tetap kuat berdiri dan tetap melimpah dengan ucapan syukur karena masih ada DIA yang mendukung kita dalam segala keadaan.

Biar ini jadi peringatan dan ayat hafalan buat gue dalam menjalani masa-masa menyelesaikan tugas akhir ini.

No comments:

Post a Comment