7.29.2016

Rejected and Alone

Hari ini, setelah mendapat kabar yang membuat gue kecewa dan merasa "Well, siapalah gue, bukan orang penting, dan juga tidak spesial.", pada saat itu, tanpa terduga terputar sebuah lagu yang sudah sering didengar orang. Above All. Gue terpana pada bagian liriknya yang berbunyi:

You lived to die
Rejected and alone
Like a rose trampled on the ground
You took the fall
and thought of me
Above all

Man. He is rejected and alone. Yet, He still took the fall and put the thought of me, above all. Gue nggak bisa ngebayangin seandainya Ia menolak untuk ditolak dan ditinggalkan sendirian, seandainya Ia menolak untuk mengosongkan diriNya supaya bisa menyelamatkan manusia...

Perenungan gue adalah bahwa Ia yang adalah Anak Allah pun ditolak, ditinggalkan, dan Ia tidak mengeluh. Padahal Ia jauh lebih tinggi stratanya dari gue. Dia mungkin nggak ngerasa diriNya perlu diperlakukan secara spesial saat ada di dunia tapi Ia justru menaruh pikiran tentang manusia di atas segala hal dan memikul salibNya. This is beautiful and strengthened my heart. Siapa gue harus diperlakukan spesial dan mementingkan diri sendiri? Mengingat diriNya pun ditolak dan sendirian.

Ada sebaris lirik lagu yang membuat hati gue tercekat saat retreat di awal bulan Juli yang lalu, lirik itu berbunyi:
Tuhan b'rilah penghiburan, itu cukup bagiku,
mengenang Tuhan di dunia, lebih piatu dariku.

7.23.2016

Sebelum Makan Es Campur

"Kita harus berdoa sebelum makan."
Gue tersenyum ketika mendengar kalimat ini dari seorang adik perempuan di Sekolah Minggu siang tadi. Menu kami bukan makanan berat, cuma snack bernama es campur, tapi dia melipat tangan, menutup mata, dan berdoa.

Melihatnya berdoa, gue tiba-tiba terpikir, berapa banyak dari kita yang berdoa dan mengucap syukur untuk hal-hal kecil macam es campur? Berapa banyak dari kita yang mengucap syukur sebelum menyantap snack macam pisang goreng atau bolu kukus? (jadi laper...)

Gue pribadi mengakui bahwa seringkali gue tidak terpikir untuk melipat tangan dan menutup mata dan berdoa sebelum makan pisang goreng atau es campur hari ini. Boro-boro sikap berdoa, rasanya bilang terima kasih aja semacam kalau ingat. Waduh, jangan-jangan gue sudah menyepelekan berkat sekecil apapun dari Dia.

Gue teringat tentang kisah lima roti dan dua ikan dalam Alkitab. Menu makan hari itu sederhana pun sedikit, hanya roti dan ikan tapi hal yang dilakukan Tuhan Yesus adalah "...Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya..." (Yohanes 6:11 TB). Ia tetap mengucap syukur atas apa yang tersedia walau kecil dan sederhana.

Gue merasa tertegur. Demikian pula yang sering terjadi dalam kehidupan kita. Saat ada hal-hal kecil yang kita dapatkan, berkat-berkat kecil yang menurut kita sepele, kita jadi lupa untuk bilang "Terima kasih Tuhan untuk berkatnya.". Kita lebih sering berfokus pada berkat-berkat Tuhan yang lebih besar dan terkesan grand, big, beautiful.  Kadang dikasih berkat besar aja udah keburu bahagia dan lupa mengucap syukur. Kita tahu dan kita percaya juga bahwa Tuhan bekerja dalam segala hal, baik kecil maupun besar, sesederhana apapun atau sebesar apapun, ada tanganNya yang menyertai dan memberkati.

Entah itu es campur atau nasi padang, entah itu pisang goreng atau gurame bakar, He gave it for us to enjoy His bless and goodness.
"Mengucap syukurlah dalam segala hal..." --1 Tesalonika 5:18