Seandainya dalam kondisi sakit parah kita tidak pergi menemui dokter dan tidak menceritakan apa yang kita alami, tentu penyakit tersebut akan tetap ada bahkan bisa jadi bertambah parah karena kita tidak menerima pengobatan yang seharusnya.
Ilustrasi ini tercetus dalam otak gue semalam. Dua hari yang lalu, gue mengikuti Kelompok Kecil dan salah satu poin yang gue inget adalah bersekutu membutuhkan kejujuran. Kejujuran membawa kita pada keterbukaan akan satu sama lain dan penerimaan. Hal ini juga pernah gue baca dalam buku Rick Warren sebelumnya. Kejujuran membuat kita tidak perlu menutupi diri lagi dalam sebuah persekutuan dan keterbukaan adalah sebuah tanda dalam atau tidaknya sebuah persekutuan.
Waktu SMP, gue pernah diberitahu oleh guru BP gue sebuah kalimat,
Keterbukaan adalah awal dari pemulihanKemudian gue terpikirkan persekutuan kita dengan Allah. Sesuatu yang berusaha kita tutupi dari Allah yakni dosa, gue ibaratkan sebagai sebuah penyakit yang ada dalam diri kita. Setengah mati kita berusaha menyembunyikan hal tersebut dan tidak mengakuinya di hadapan Allah maka setengah mati pula rasa sakit yang kita terima karenanya. Persekutuan dengan Allah pun jadi tak tenang dan tak seleluasa itu. Padahal, Allah merindukan persekutuan yang intim dengan kita.
Terus, bagaimana cara memulihkan hal ini?
Dengan datang pada dokter segala dokter, yakni Tuhan kita. Ketika kita terbuka, dengan jujur menyatakan segala kesalahan kita di hadapanNya dan memohon dengan rendah hati dan rendah diri, Ia yang adalah dokter dari penyakit tersebut akan memulihkan kita. Inilah gue pikir keterbukaan yang memberikan pemulihan. Ketika kita terbuka, hubungan kita denganNya pun turut dipulihkan dan kita bersekutu dengan tenang dan lega hati dengan Allah.
Keterbukaan akan kelemahan dan "penyakit" kita merupakan awal dari pemulihan kita dalam hal persekutuan kita dengan Allah dan juga dengan sesama.
No comments:
Post a Comment